Tuesday, May 30, 2017

Cara Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak

Rekomendasi Anda

Salam Edukasi Pendidikan Anak Usia Dini:
Cara Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak
Selamat datang dan berjumpa kembali dengan admin di website Info-dokumenpaud.com, sudah berbapa hari saya sebagai admin belum sempat kembali untuk mengisi potingan atau artikel di website ini. Dikarena disibukan dengan agenda akhir tahun pelajaran 2016/2017 dan juga agenda persiapan tahun pelajaran 2017/2018. Dan Alhamdulillah di malam ini, saya ingin berbagi kemabali dengan catatan-catatan kecil saya di website ini. Dan yang akan saya postingkan hari ini mencoba untuk menguraikan tentang "Cara Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak".
Cara Tepat Memberikan Konsekuensi Pada Anak
Image form Google
Sebagai seorang ibu rumah tangga dan juga sebagai seorang pendidik tentunya memiliki buah hati adalah dambaan setiap manusia yang telah memiliki pasangan dan diikat dengan tali pernikahan. Sehingga dengan kehadiran seorang anak menjadi cerminan bawah kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dalam memberikan pendidikan, pengawasan dan menjaga setiap waktu.

Terlintas dalam pikiran kita, pernahkah anak kita menumpahkan air di karpet, di kamar tempat tidur, atau mungkin memecahkan piring?. Dimana situasi seperti ini pernah terjadi dan tentunya sangatlah wajar apa bila terjadi dirumah dan ternyata anak kita yang melakukannya. Akan tetapi seringkali yang tidak wajar ini adlaah bagaiman cara kita sebagai orang tua memberikan konsekuensinya, apa bila terjadi masalah seperti itu.

Dengan alasan kita memberikan pelajaran tentang disiplin, ini seringkali bukan pemahaman disiplin ynag harus diterima seorang anak. Tetap ini adalah perasaan dendam dan marah terhadap orang tuannya. Dan ini seperti kita mengatakan dengan kalimat "I Love You" tetapi dikatakan dengan cara membentak, terika dan muka yang marah. Apakah dengan cara seperti ini seorang anak akan menangkap pesan bahwa dia dicintai?

Untuk itulah, disini akan saya coba uraikan beberapa langkah dalam memberikan konsekuensi yang tepat, walapun, tiap orang tua berbeda-beda dalam memberikan konsekuensi terhadap anak kita sendiri dengan berbagai pertimbangan dan pengalaman yang ada. Dengan uraian yang akan saya buat ini setidaknya menjadikan wawasan dan pengalaman yang berbeda. 

Dari uraian ini adalah suatu prinsip yang sehat dan tetap menjaga harga diri anak, agar tidak  meninggalkan luka di batin seorang anak. Dengan cara seperti ini juga dapat kita terapkan padan anak usia remaja dan usia dewasa.

1. Fokus Pada Permasalahan
Dari kasus diatas masalah karpet yang terkena air, maka konsekunsi yang tepat adalah dengan membersihkannya hingga kering. dan waktu disepakati untuk mengerjakannya. Waktu perlu disepakati, karena hal ini bisa digunakan anak untuk menghindari kewajibannya, misalanya untuk menghindari les dan lebih memilih membersihkan karpet. Gunakan waktu bermain atau waktu santai untuk mengerjakannya.

Dengan menghindari konsekuensi yang tidak ada akitannya, misalnya tidak boleh nonton televisi selama 2 minggu atau tidak dapat uang jajan selama 3 hari. Jangan melampisakan marah berlebihan yang akabibanya hanya memperpanjang daftar konsekuensi. saat fokus pada masalah. maka mudah bagi anak tahu dan jelas dimana kesalahannya.

2. Wajar dan Masuk Akal
Sesuai dengan kemampun seorang anak dan usianya, jika usia anak masih balita akan sulit untuk membersihkan dan menjemur karpet sendiri, dan ini perlu dibantu dan dengan memberikan contoh mengerjakannya.

Mungkin bagi kita khawatir jika anak tidak jera, Jika kita membantunya?. Dengan membantu anak saat mengerjakan konsekuensi, hal ini dapat menumbuhukan kedekatan emosional dan pengertian anak terhadap orangtuanya. Ada waktu bersama, asalkan kita sebagai orang tua tidak mengomel terus saat mengerjaakan bersama-sama.

Disini kita seharusnya TIDAK mencari efek jera bagi anak, waktu yang digunakan untuk membersihkan karpet sudah membuat dia (anak) berada di liar zona yang nyaman.
 
3. Memberikan Pengalaman Belajar
Dengan adanya konsekuensi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar dari tidak paham menjadi paham. Memang sebelum konsekuensi diberikan sebaiknya sudah ada aturan yang menjelaskan mana prilaku yang baik dan tidak baik.

Jika informasi sudah diterima tetapi tetap dilanggar mana konsekuensi bisa dijalakan. Konsekuensi hanyalah sarana untuk mempertegas bahwa perilaku seseorang ada yang salah dan harus segera diperbaiki. Bukan sarana orangtua untuk melampisakan kemarahan.

Bukan selalu mengungkit-ungkit kesalahan yang sudah dilewati, tetapi pada saat kejadian, dan saat menjalankan konsekuensi beri pengertian bahwa hal ini salah. Berikan penjelasan yang benar bagaimana melakukan yang benar (membawa gelas saat jalan). Setelah selesai konsekuensi, sebaiknya tidak dibicarakan lagi.
 
4. Menjaga Harga Diri
Untuk jenis yang terakhir ini adalah dengan menjaga harga diri. Bahwa kita harus menghindari membentak, memaki, dan berkata kasar kepada anak. apa lagi jika didepan orang lain. Hindari untuk tidak menceritakan kesalahan anak berulang-ulang kepada orang lain atau di depan orang lain. kedua hal ini bisanya akan atau bisa merusak harga diri seorang anak dan bisa berakibat fatal jika ini terulang atau dilakukan oleh kita sebagai orang tua.

Jika kita sudah memiliki aturan dan konsekuensi yang jelas keteraturan dan disiplin anak akan terbentuk dengan baik. Sudahkah kita memiliki aturan dirumah berserta konsekuensinya.? Masih binggung...

Kita ambil contoh. Jika kita berkendara di jalan raya, maka di situ ada lampu merah dan tanda dilarang parkir, dilarang berhenti, dan masing banyak lagi. Kita hidup tentunya dengan aturan. Jadi jika kita melanggar ada koneskuensi atau aturan kan? Dan semua perngguna jalan raya paham betul dengan informasi serta tanda aturan di jalan raya, jadi saat diberikan konsekuensi semu jelas.

Demikianlah semoga bermanfaat artikel ini untuk membentuk suatu karakter anak guna dimasa pertumbuhannya agar menjadi lebih terlatih dengan aturan yang ada di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.